Senin, 13 Desember 2010

Warga Gemar Jual Tanah-Batu sebagai Media Tanam


Pada umumnya, warga memilih mengolah tanah perbukitan sebagai media penanaman dan budidaya tanaman produktif. Namun, sebagian warga desa di Kecamatan Kemiri Utara memanfaatkannya dengan cara lain. Warga memilih “menjual” bukit yang memiliki konsturksi tanah dan batu sebagai bahan media tanam dan bangunan.
Bahkan hingga saat ini, aktivitas pengerukan tanah dan penambangan batu secara manual itu masih marak berlangsung. Pemerintah desa mengaku tidak menutup mata dengan ekses yang ditimbulkan, khususnya untuk keselamatan warga sendiri ketika mengeruk dan menambang batu saat musim penghujan. Kendati demikian secara jamak tidak ada larangan tegas dari pemerintah desa.
Pihak desa justru melegalkan aktivitas warga dalam memperlakukan tanahnya untuk dijual per truk. Awalnya banyak warga yang ingin bermukim di sekitar bukit, mereka-pun melakukan pemangkasan tebing-tebing sebelum akhirnya didirikan rumah.
"Namun di kemudian hari, tanah-tanah yang dulunya hanya dibuang untuk menguruk lahan yang kosong, ternyata banyak yang membutuhkan. Tidak terkecuali batu gunung yang kebanyakan berada di bawah lapisan tanah, kini juga memiliki nilai jual tinggi," ungkap Sukoyo warga Kedung Lo, Kecamatan Kemiri, Minggu (12/12) kemarin.
Dikatakan Sukoyo, tanah dijual dengan sistem rit. Satu rit sama dengan satu truk pengangkut kayu harganya Rp 30.000 setiap truk-nya. Sementara material batu gunung memiliki nilai jual yang lebih, yakni satu truk batu gunung terjual Rp 180.000 setiap truk.
"Tanah di perbukitan itu kan banyak milik person (warga perorangan,red). Dan di sini lebih banyak yang ditambang dibanding ditanami. Jika bukit itu sudah rata maka akan digunakan untuk membangun rumah, jika dijual harganya juga masih tinggi," imbuhnya.
Kepala Desa Kedung Lo Misroni menambahkanaktivitas penambangan batu dan tanah itu sebetulnya beresiko jika dilakukan secara manual terlebih pada musim penghujan. Meski demikian, masih banyak warga yang tetap nekad menambang batu dengan cara tradisional. Aktivitas pengerukan tanah di bukit-bukti Desa Kedung Lo berlangsung sudah sejak tahun 1999 dan mulai marak tahun 2000.
"Kami sulit melarang. Karena yang ditambang lantas dijual itu tanah milik warga secara pribadi. Sebetulnya akan lebih baik dan aman jika penambangan itu menggunakan alat," ujarnya.
Dikatakan Misrono, aktivitas pengerukan dan penambangan batu itu akan mengancam hilangnya bukit-bukit di Kemiri utara namun juga memiliki nilai positif. Pengerukan bukit itu dinilai mampu mengurangi potensi bencana longsor, selain itu juga memiliki danmpak yang baik untuk tambahan nafkah warga.
"Tanah biasanya dipesan oleh usaha pembibitan pohon yang juga banyak di Kecamatan Kemiri. Selain itu juga dimanfaatkan sebagai menutup tanah di dataran rendah yang biasanya untuk pemukiman. Kalau batu-nya tentu saja untuk bahan bangunan, jenis batuannya bagus," ucap Misroni.
Cara penambangan dilakukan dengan cara dipahat atau diganco. Bentuk batu gunung yang dihasilkan juga lebih simetris dan pipih-pipih serta pas jika digunakan sebagai material bangunan atau pondasi rumah. "Kalau aslinya batu-batu itu segede gajah atau rumah namun warga bisa mengakalinya," ucap Misroni.
Lebih lanjut dijelaskan, luas tanah di Desa Kedung Lo kurang lebih 300 hektare. Sejumlah 21 hektare berupa perbukitan dan hingga saat ini diizinkan untuk dikeruk dan dijual. "Penambangan tanah dan batu itu sudah masuk kategori galian C. Dan tanah di sini cukup mahal termasuk setelah dikepras (dikerung,red). Tanah di bawah bukit itu masih tetap subur," cetusnya.
Camat Kemiri, Sudaryono menambahkan, sedikitnya ada tiga desa di wilayah Kemiri bagian utara yang warganya senang menjual batu dan tanah. Yakni Desa Rebo, Wonosuko dan Kedung Lo. "Imbauan kami warga tetap memperhatikan keselamatan, khususnya jika melakukan penambangan di musim hujan seperti saat ini. Ke depan mungkin juga dibutuhkan prosedur yang baik untuk melindungi warga dari berbagai kemungkinan ekses negatif dari penambangan itu," tandasnya.
Salah satu warga Kedung Lo, Wikromo, 50, mengungkapkan, warga sudah sangat biasa dengan aktivitas penambangan batu di perbukitan. Batu yang digali dan dijual itu termasuk batu dan tanah warga. "Setelah rata tanah bisa digunakan untuk pendirian rumah. Kalau dijual juga masih laku keras karena kebanyakan di pinggir jalan," ungkapnya.

Sumber:Radarjogja

0 komentar:

About This Blog

Blog ini berisi kumpulan berita dari berbagai sumber.

Terutama yang berhubungan dengan Purworejo.

Semoga bisa membantu anda mengenal kota ini lebih dalam.

Terimakasih.

Berita Purworejo 2010 Presented By d-_-b

Back to TOP